Kamis, 28 Februari 2013


Si Ulet Si Anak Singkong











Suatu pagi seusai shalat shubuh, Pak Arbali, Direktur utama Bapindo Tbk, menelpon CT. Ia menawarkan CT sebuah Bank kecil. Bung CT membeli bank kecil yang tengah sakit luar biasa parah Bank Mega dibeli seharga Rp 1, saldo merahnya di BI mencapai Rp 90 miliar. Lebih dari 90 % kredit macet semua. Oprasional Bank Mega tanpa teknologi, semua mengandalkan buku-buku besar. Computer hanya ada dua, satu di sekertaris direksi di Kebon Sirih, Jakarta, dan satu lagi di Surabaya. Pembenahan Bank Mega dan krisis 1998 sebagai momentum kebangkitan, pada saat krisis ekonomi, Bank Mega mencuat sebagai salah satu bank yang tidak terpengaruh oleh krisis dan tumbuh terus tanpa bantuan pemerintah. Bank Mega terus mencuat, atas kerja keras semua rekan di Bank Mega, hingga kini PT Bank Mega Tbk masih merupakan bank dengan kepemilikan 100 % warga Indonesia, saat mayoritas usaha di sector keuangan Indonesia dimonopoli oleh asing. Berbagai penghargaan setiap tahun terus diraih, baik skala nasional maupun asia. Tahun 2011 Bank Mega sudah masuk 12 besar perbankan Indonesia dengan aset sebesar Rp 62 triliun. Semua itu tidak dapat diraih tanpa kerja Spartan, SDM andal, turun langsung ke lapangan, program berbagi dengan sesame, trobosan baru, dan belajar dari pengalaman.


Kerja Keras dan Pantang Menyerah Terhadap Keadaan yang Dialaminya Menjadikannya Sosok yang Luar Biasa

Chairul Tanjung dilahirkan di Jakarta. Ia anak A.G. Tanjung, seorang wartawan di zaman orde lama yang pernah menerbitkan lima surat kabar beroplah kecil. Chairul dan keenam saudaranya hidup berkecukupan. Namun, pada zaman Orde Baru, sang ayah dipaksa menutup usaha persnya karena berseberangan secara politik dengan penguasa.
Setamat SMA, Chairul masuk Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada tahun 1981. Chairul menghadapi masalah pada biaya kuliahnya. Ia pun mulai berbisnis dari dasar sekali, berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Selanjutnya, ia membuka sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat tapi bangkrut. 
Setelah menutup tokonya, Chairul membuka usaha kontraktor. Kurang berhasil, Chairul bekerja di industri baja dan kemudian pindah ke industri rotan. Waktu itulah, ia bersama tiga rekannya ia membangun PT Pariarti Shindutama. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaannya langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Dari sini usahanya merambah ke industri genting, sandal dan properti. Sayang, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha dengan ketiga rekannya, Chairul memilih menjalankan usahanya sendiri.

Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti : keuangan, properti, dan multi media. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Tugu yang kini bernama Bank Mega yang kini telah naik peringkatnya dari bank urutan bawah ke bank kelas atas. Selain memiliki perusahaan sekuritas, ia juga merambah ke bisnis asuransi jiwa dan asuransi kerugian. Di sektor sekuritas, lelaki kelahiran Jakarta ini mempunyai perusahaan real estate dan pada tahun 1999 telah mendirikan Bandung Supermall. Di bisnis multimedia, Chairul mendirikan Trans TV, di samping menangani stasion radio dan media on line atau satelit. Ia juga bersiap untuk masuk ke media cetak.

Di tengah persaingan yang ketat di sektor media televisi, Chairul merasa yakin Trans TV akan mampu bersaing. Ini karena ia melihat pada belanja iklan nasional yang sudah mencapai Rp 6 triliun setahun, 70% di antaranya akan diambil oleh televisi. Jumlah perusahaan Chairul, yaitu Para Group mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahi beberapa sub holding seperti : Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti) dan jumlah karyawan yang dipekerjakan kurang lebih mencapai 5.000 orang.
Chairul Tanjung (CT) yang telah mengakusisi 40% saham PT Carrefour Indonesia direspon positif oleh sesama pengusaha di dalam negeri. Diharapkan Carrefour dibawah Chairul Tanjung bisa mengendepankan kepentingan nasional yaitu dapat menyumbangkan pembinaan terhadap usaha kecil dan menengah (UKM) di Indonesia.
Seperti diketahui, Chairul Tanjung melalui kelompok usahanya yaitu Para Group mengakuisisi 40% saham PT Carrefour Indonesia senilai lebih dari Rp 3 triliun. Akuisisi itu dilakukan Trans Corp melalui PT Trans Ritel, sebuah anak perusahaan Trans Corp.

Setelah akuisisi oleh Trans Corp ini, maka komposisi pemegang saham PT Carrefour Indonesia adalah Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%.

Setelah membeli 40% saham Carrefour, Chairul kini menjadi komisaris utama PT Carrefour Indonesia  didampingi oleh AM Hendropriyono (mantan Kepala BIN) dan S.Bimantoro (mantan petinggi Polri) sebagai komisaris.

Gurita bisnis Chairul Tanjung memang sudah meluas. Setelah menguasai bisnis stasiun televisi, bank hingga waralaba, Chairul Tanjung meluaskan bisnisnya ke ritel dengan membeli 40% saham PT Carrefour Indonesia.
Setelah akuisisi oleh Trans Corp ini, maka komposisi pemegang saham PT Carrefour Indonesia adalah Trans Ritel (40%), Carrefour SA 39%, Carrefour Netherland BV 9,5%, dan Onesia BV 11,5%.
Chairul Tanjung menempatkan dirinya pada urutan ke 937 dari 1.000 orang terkaya didunia versi majalah forbes dengan total kekayaan senilai US$ 1 Miliar.

Kehidupan Masa Kecil

Peran pendidikan CT berawal dari keluarga, semua semangat dan daya juang. Salah satunya merupakan hasil pendidikan dengan penekanan kedisiplinan yang CT peroleh dari sekolah Katolik Belanda, Van Lith, mulai SD hingga SMP. Walaupun CT seorang muslim, orang tuanya menyekolahkannya di sekolah tersebut karena dikenal memiliki disiplin tinggi. Itu semua telah menerpa dirinya agar selalu teguh dalam pemdirian dan cita-cita luhur. Sejak sebelum sekolah, CT dan kakaknya tinggal di Gang Sepur IV di Kawasan Kemayoran, Jakarta bersama neneknya. Ibu, ayah, dan adiknya tinggal di Karang Anyar. Pendidikan agama langsung didapat dari neneknya, yang terkenal keras mengajar. Tidak sekali dua kali di betis CT terdapat garis panjang berwarna merah hasil pecutan sapu lidi yang dipukulkan neneknya saat CT tidak serius mengaji.
Ketika masih SD CT pernah ditugaskan untuk berjualan di depan kelas. Tugas tersebut diberikan kepada dua anak. Dua kali istirahat secara bergiliran berjualan es mambo, kacang dan jajanan lainnya. Seusai istirahat kedua, mereka melaporkan hasil jualan dan menyetorkan uangnya. Jika dagangan habis akan diberi uang seharga satu es mambo sebagai upah, sebaliknya jika tidak habis, upah pun masih tetap akan diberikan, yaitu satu es mambo. Di sana ia mempelajari bagaimana tanggung jawab dalam amanah yang diberikan kepadanya.
Kejujuran dan integritas diri ditanamkan sendiri oleh bapak CT. ayahnya mengajarkan bagaimana sulitnya untuk menjaga kejujuran, kedisiplinan, tanggung jawab serta keteguhan dalam perjuangan. inilah cambuk CT agar tidak pernah menyerah.
Sejak SMP kelas II, CT menemukan ketertarikan pada seni teater drama karena itu CT belajar soal teater hingga SMA kelas II kepada Mas Yan. Dari teaterlah CT mendapatkan kemampuan untuk membaca cepat yang sangat bermanfaat hingga kini.
Kebiasaan bekerja keras dan hidup di bawah tekanan sudah dijalani CT sejak kecil. Rasa galau dan stress sudah dijadikan teman hidup sehari-hari dan menjalaninya dengan tenang dan ringan.
Pernah beberapa kali air matanya sempat menetes, karena sangat sesak rasanya. Ada tetangga yang memperhatikan dan sempat akan memberi keluarganya zakat, tapi Ia tolak.

Perjalanan Menuju Kesuksesan

Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil. Ayahnya, yang berdarah Batak, berasal dari Sibolga. Sedangkan ibunya, Halimah, yang berdarah Sunda berasal dari Sukabumi. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik dengan penguasa saat itu. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit.
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (lulus 1987). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional 1984-1985.
Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya. Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut.
Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada 1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk ekspor. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri.
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank Karman yang kini bernama Bank Mega.
Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan investasi) dan Para Inti Propertindo (properti).
Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk, Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo, Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo. Dan di bidang penyiaran dan multimedia, Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle, dan Trans Studio.
Khusus di bisnis properti, Para Group memiliki Bandung Supermall. Mal seluas 3 hektar ini menghabiskan dana 99 miliar rupiah. Para Group meluncurkan Bandung Supermall sebagai Central Business District pada 1999. Sementara di bidang investasi, Pada awal 2010, Para Group melalui anak perusahaannya, Trans Corp., membeli sebagian besar saham Carefour, yakni sejumlah 40 persen. Mengenai proses pembelian Carrefour, MoU (memorandum of understanding) pembelian saham Carrefour ditandatangani pada tanggal 12 Maret 2010 di Perancis.
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010. Sebagai sebuah pencapaian, menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan total kekayaan US$ 1 miliar. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki peringkat 11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar .
Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya alam.

Hal Menarik dari Tokoh

1.       Bung CT membeli bank kecil yang tengah sakit luar biasa parah Bank Mega dibeli seharga Rp 1, saldo merahnya di BI mencapai Rp 90 miliar. Lebih dari 90 % kredit macet semua. Oprasional Bank Mega tanpa teknologi, semua mengandalkan buku-buku besar. Computer hanya ada dua, satu di sekertaris direksi di Kebon Sirih, Jakarta, dan satu lagi di Surabaya. Pembenahan Bank Mega dan krisis 1998 sebagai momentum kebangkitan, pada saat krisis ekonomi, Bank Mega mencuat sebagai salah satu bank yang tidak terpengaruh oleh krisis dan tumbuh terus tanpa bantuan pemerintah. Atas kerja keras semua rekan di Bank Mega , hingga kini PT Bank Mega Tbk masih merupakan bank dengan kepemilikan 100 % warga Indonesia, saat mayoritas usaha di sector keuangan Indonesia dimonopoli oleh asing.
2.       Tumpukan dokumen di meja kerja akan menghabiskan waktu berhari-hari jika dibaca detail satu per satu, sementara CT hanya memiliki waktu tidak lebih dari 30 menit untuk menyelesaikannya. Semua itu berkat kemampuan membaca cepat dari bekal teater CT sewaktu masa SMA.
3.       Tahun 1987badalah kali pertama CT membuat PT bersama dua orang kawan. Betul, awalnya membuat pabrik sepatu sesuai arahan Chiam, kemudian diakhir cerita menjadi pabrik sandal. Pesanan sebanya 12.000 oleh pasaran Eropa yang membuat perusahaan tersebut berganti produksi.
4.       CT berjualan alat kedokteran di kampus dan usaha fotocopy. Ia melihat bisnis tersebut sebagai peluang untuk mendapatkan uang . ia menjual peralatan teresebut debgan harga yang klebih murah dari toko lain. Karena keuletan dan sifat supelnya ia menjadi mahasiswa yang memiliki penghasilan tinggi dari hasil jerih payahnya sendiri.
5.       Kedua teman CT membujuknya untuk berdiskusi dengan,  seorang dosen kewiraan, untuk memperbaiki nilai mereka. CT berdiskusi dengan seorang jendral dosen kedua teman tersebut. Ia membaca beberapa buku hingga habis agar memiliki referensi sebagai bahan berbincang dengan sang jendral seputar senjata dan perang. Karena perbicangan itulah kedua temannya bias lulus kewiraan.
6.       CT mendiriak sebuah sekolah yang bernama Rumah Anak Madani yang sengaja dibangun di Medan untuk menampung anak-anak korban bencana tsunami di Aceh.
7.       Setiap bulan ramadhan, CT selalu mengundang para ulama, pejabat pemerintah, dan tokoh masyarakat untuk hadir dalam acara buka puasa dan tarawih bersama di rumah kediamannya di jalan Teuku Umar, Jakarta. Setelah tarawih, CT biasa menjadi moderator untuk memandu  jalannya dialog internal dari hati ke hati dengan hadirin yang datang.
8.       CT menjadi Ketua  Umum PBSI, ia dan tim bulu tangkis Indonesia beramah-tamah dengan presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri, di Istana Merdeka, Jakarta, tahun 2002. Ketika itu, Indonesia mampu mempertahankan Piala Thomas yang merupakan piala kebanggaan dalam dunia olahraga bulu tangkis dunia.
9.       Reuni akbar Ikatan Alumni SMA Negeri  1 Boedi Utomo (IKA Boedot) tahun 2007 masuk dalam Museum Rekor Indonesia (Muri) karena tercatat sebagai reuni yang dihadiri peserta terbanyak di Indonesia, yakni 10.000 orang. CT selaku ketua IKA Boedoet  mendapat penghargaan khusus dari Jaya Suparana selaku pendiri dan Ketua Umum Muri.
10.   Proses belajar di SMA Negeri 1 Boedoet belumlah genap nerlangsung selama 3 bulan, belum penjurusan, guru biologi CT memberikan tugas penelitian di Lapangan. CT ditugaskan untuk membeli tambang bersama temannya. Apabila CT tidak berinisiatif untuk menawar harga tambang, dapat dipastika Ia dan temannya tidak dapat membeli es shanghai. Uang kembalian membeli tambang lebih dari cukup untuk membayar pesanan mereka.

Hal yang Dapat Diteladani dari Tokoh

1.       Perjuangan dalam membangun apa yang telah kita capai tidak lepas dari kepemimpinan dan visi dalam ikut serta membangun Negara ini.
2.       Ketekunan dan kerja keras adalah harga mati dari sebuah kesuksesan.
3.       Tidak menutup diri dari kerjasama dalam kebaikan.
4.       Keterbatasan harus kita jadikan sebagai tombak keberhasilan, janganlah jaadikan keterbatasan tersebut sebagai kekurangan yang dapat menghancurkan kita.
5.       Pendidikan merupakan tombak terpenting untuk membangun bangsa.
6.       Berbuat baiklah semata-mata karena Allah, karena balasan Allah akan jauh lebih indah dan kekal. Ikhlas dan tidak sombong.
7.       Janganlah sekalipun kita durhaka kepada kedua orangtua. Berbuat baik dan lemah lembutlah kepadanya karena sesungguhnya, mereka telah mengorbankan seluruh jiwa dan raga mereka untuk kebahagiaan anak-anaknya.
8.       Silaturahmi dapat membuahkan manfaat yang sangat besar baik di dunia maupun di akhirat.
9.       Jadilah seperti padi yang semakin ia tinggi dan berisi maka ia akan semakin menunduk. Jangan sombong dan berbangga hati meskipun kita berada di puncak  kesuksesan, berendah hatilah! karena kesukseasan kita adalah andil dari orang sekitar kita pula.
10.   Jangan jadikan sebuah kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Jadikanlah kegagalan itu sebagai bahan pelajaran agar kita tak melakukan kegagalan yang sama, tetaplah berjuang dan jangan patah semangat.

Biografi Chairul Tanjung

Chairul Tanjung
Informasi pribadi
Lahir 16 Juni 1962 (umur 50)
Bendera Indonesia Jakarta, Indonesia
Suami/istri Anita Ratnasari Tanjung
Anak Putri Indahsari
Rahmat Dwiputra
Alma mater Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia/S1 (selesai;1987)
Institut Pendidikan dan Pembinaan Manajemen (IPPM)/S2 (selesai;1992)
Pekerjaan Pemilik (CEO) utama CT Corp
Agama Islam

Pendidikan
  • SD Van Lith, Jakarta (1975)
  • SMP Van Lith, Jakarta (1978)
  • SMA Negeri I Boedi oetomo, Jakarta (1981)
  • Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
  • Executive IPPM (MBA; 1993)
Karir
  • Pendiri PT. Pariarti Shindutama
  • Pemilik Bandung Supermal
  • Pemilik Trans Corp.
  • Pemilik Para Group
  • Komisaris Utama PT Carrefour Indonesia
Kegiatan Lain
  • Anggota Komite Penasihat Prakarsa Jakarta (Restrukturisasi Perusahaan)
  • Delegasi Indonesia untuk Asia-Europe Business Forum
  • Anggota Pacific Basin Economic Council
  • Pengurus Yayasan Kesenian Jakarta
  • Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia
  • Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia
  • Ketua Yayasan Indonesia Forum

Buku
  • Si Anak Singkong
Penghargaan
  • Urutan 937 dari 1.000 orang terkaya di dunia versi majalah Forbes
  • Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional (1984-1985) - Penghargaan sebagai anggota civitas akademika yang berjasa kepada fakultas dan universitas
  • Eksekutif Muda Berprestasi 1992-1993 dari Studio Seven Production, Jakarta (23 Mei 1993)
  • Soegeng Sarjadi Award
Kata Menarik dari Tokoh

Tidak ada kesuksesan yang bisa dicapai seperti membalikkan telapak tangan. Tidak ada keberhasilan tanpa kerja keras, keuletan, kegigihan, dan kedisiplinan. Hal itu juga harus dibarengi dengan sikap pantang menyerah dan tidak cepat putus asa. Semua cita-cita dan ambisi  hanya bias direngkuh apabila kita mau terus  belajar berbagai hal, di mana pun dan kepada siapa pun.
Chairul Tanjung
Kita butuh banyak wirausaha yang nasionalis, nasionalis kerakyatan, karena ini tugas kemanusiaan. Karena kekayaan tidak dibawa mati. Inilah watak kebangsaan paling sejati. Kita berbuat, tidak sekedar beretorika.
Chairul Tanjung
Saya senang membaca, mungkin karena sering menemui perihnya kehidupan menjadikan saya serius dalam memandang segala sesuatu dan lebih pecan dibandingkan teman saya yang lain.
Chairul Tanjung


Buku Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Judul:Chairul Tanjung Si Anak Singkong
Penulis:Tjahja Gunawan Adiredja
Penerbit:Kompas Gramedia
Tahun Terbit:Juni 2012
Jml halaman:384 halaman 
Dimensi:14 x 21 cm
Harga:Rp 58.000

Sinopsis 

Pengusaha nasional Chairul Tanjung meluncurkan buku biografinya yang bertajuk ‘Chairul Tanjung Si Anak Singkong’ tepat di usianya yang menginjak 50 tahun. Buku ini diluncurkan pekan lalu, 30 Juni 2012 di Trans Ballroom, The Trans Luxury Hotel Bandung. Sebuah buku yang merangkum kisah Chairman CT Corp ini mulai dari usaha menjual es mambo untuk menambah biaya sekolah sampai mampu membangun kawasan wisata dan bisnis terpadu. Tidak banyak yang mengetahui perjalanan hidup Chairul Tanjung yang sesungguhnya.
Pada umumnya masyarakat mengenal sosok Chairul Tanjung atau yang lebih akrab dipanggil CT, pada kondisi saat ini setelah menjadi pengusaha sukses. Padahal, keberhasilan yang dia raih sekarang merupakan akumulasi dari proses perjalanan hidup yang ditempuhnya sejak kecil hingga kini yang penuh dengan tantangan dan dinamika. Buku ini diberi kata pengantar oleh Jakob Oetama, Pendiri dan Pemimpin Umum Harian Kompas. Dalam pengantar buku itu, Jakob Oetama menulis bahwa ia kagum dan mengapresiasi anak  muda yang sukses, yang kesuksesannya dirintis, dikembangkan, dan diperoleh berkat kerja keras, bekerja tuntas, punya komitmen, dan sedikit banyak digerakkan ambisi. Menurut Jakob, CT telah membuktikan bahwa entrepreneurship itu bisa dilahirkan, bukan diturunkan.
Buku ini diawali dengan kisah bagaimana di tengah keterbatasan kondisi ekonomi keluarga, CT mampu melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Kedua orangtua sangat tegas dalam mendidik anak-anaknya, termasuk CT. Orangtuanya mempunyai prinsip, “Agar bisa keluar dari jerat kemiskinan, pendidikan merupakan langkah yang harus ditempuh dengan segala daya dan upaya.” Apa pun akan mereka upayakan agar anak-anak mereka dapat melanjutkan pendidikan tinggi sebagai bekal utama kehidupan masa depan. Sang ibunda yang bernama Halimah mengatakan bahwa uang kuliah CT pertama yang diberikan kepadanya, diperoleh ibunda dari menggadaikan kain halus miliknya.
Bab-bab berikutnya masih menceritakan kehidupan masa muda CT, saat-saat menjadi mahasiswa sampai kisah awalnya menjadi wirausaha. Tahun 1987, CT menjadi kontraktor pembangunan pabrik sumpit di Citeureup, Bogor, seluas 800 meter persegi. Tapi yang jadi malah pabrik sandal.
Buku ini juga mengisahkan kehidupan rumah tangga dan keluarga CT, ketika CT bertemu dengan perempuan Jawa, Anita Ratnasari, yang tegas dan tegar. Dalam buku ini, CT mengungkapkan bahwa, “bagi saya, ibu adalah segalanya.” CT percaya bahwa surga ada di telapak kaki ibu. “Bila kita benar-benar berbakti kepada ibu sepenuh hati dan ikhlas, maka surga akan kita gapai di dunia. Itu yang saya alami sendiri,” demikian CT berpendapat. CT juga menyampaikan pandangan-pandangannya tentang persoalan ekonomi dan menceritakan aktivitasnya sebagai pengusaha.
CT mengembangkan Para Group, kemudian mengganti nama perusahaannya menjadi CT Corp. Secara umum CT Corp terdiri atas tiga perusahaan subholding yaitu Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global Resources. Mega Corp adalah perusahaan induk untuk jasa keuangan yang melayani masyarakat di sektor perbankan, asuransi, pembiayaan, dan pasar modal. Trans Corp adalah perusahaan induk yang bergerak di bisnis media, gaya hidup, dan hiburan. Dalam perusahaan ini, terdapat dua stasiun TV, yaitu Trans TV dan Trans 7, portal berita Detik, dan perusahaan ritel Careefour. Selain itu juga ada perusahaan yang bergerak di bidang makanan dan dan minuman, hotel, biro perjalanan, dan sejumlah department store yang menyediakan kebutuhan fashion merek terkenal dan high-end. Sedangkan CT Global Resources adalah perusahaan induk yang fokus pada bisnis perkebunan.
Buku ini menarik dibaca dan bermanfaat bagi siapa saja yang ingin mengetahui bagaimana seorang CT berhasil menjadi pengusaha sukses dengan hasil kerja kerasnya dan hasil keringatnya sendiri, dan bukan warisan keluarga konglomerat. Semoga kisah perjalanan hidup “Si Anak Singkong” ini bisa menginspirasi rakyat Indonesia khususnya generasi muda. Chairul Tanjung bermimpi dari bukunya itu akan banyak generasi muda yang terpicu untuk menjadi pengusaha seperti dirinya agar bisa mewujudkan Indonesia yang lebih baik di masa depan.

Bung CT merupakan salah satu tokoh muda yang sukses membangun
komunitas bisnisnya, bukan berangkat dari sesuatu yang sudah besar.
Perjuangannya dalam membangun apa yang telah dicapainya sampai saat ini tidak lepas dari kepemimpinan dan visi yang dimilikinya dalam ikut serta
membangun negara ini. Buku ini menceritakan secara rinci perjuangannya itu.
Djoko Suyanto, Menteri Koordinator Politik, Hukum,
dan Keamanan Kabinet Indonesia Bersatu II

”The story of Chairul Tanjung’s rags-to-riches rise to become one of
Indonesia’s most prominent and well-respected businessmen is both
endearing and inspiring.”
”Pak Chairul’s ability to succeed in today’s Indonesia based on little
more than hard work, loyalty and a keen eye for business opportunity
will give heart to he up-and-coming generation of Indonesian
entrepreneurs.”
Adam Schwarz, Author, A Nation in Waiting: Indonesia’s
Search for Stability

Sosok CT mengingatkan konsep filosofis ”dari tiada menjadi ada”.
Di tangan CT, konsep itu menjadi riil. Berkat ketekunan dan kerja kerasnya,
CT berhasil menciptakan sekian usaha baru yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya, dan banyak orang. Di antaranya menciptakan lapangan
kerja bagi lebih dari 75.000 karyawan dan mengharumkan
nama Indonesia di mata internasional.

Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas

Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional. Ia tidak menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia bisa berdiri sendiri, dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Hal ini patut diapresiasi agar Indonesia dapat bersaing di kancah dunia. Resapi secara mendalam buku ini, dan Anda akan memahami prinsipnya dalam menjalankan usahanya.
Soekarwo, Gubernur Jawa Timur

Negeri kita telah banyak melahirkan putra terbaik, yang karyanya
merupakan manifestasi dari kecintaan kepada negerinya. Sedikit berbeda
dari yang lainnya, kecintaan CT pada Indonesia selalu diwujudkan dalam kerja keras dan kerja nyata, yang dapat juga dinikmati oleh masyarakat luas. Pemikiran-pemikirannya dapat menjadi mercusuar bagi generasi muda
yang memiliki hasrat dan mimpi yang sama.
Tantowi Yahya, Artis, Anggota DPR RI

Daftar Pustaka


Gunawan, Tjahja. 2012 . Chairul Tanjung Si Anak Singkong . Jakarta : Penerbit Buku Kompas.



2 komentar:

  1. Perbaiki konsepnya ya, Say...

    tata letaknya dipercantik biar sama kaya yang nulis.. hehe

    BalasHapus